Teriakan saat hujan :)

Alhamdulillah.. Sore ini turun hujan dikota depok. Terimakasih ya Allah, kota depok jadi lebih adem dari biasanya.
Setelah pulang praktikum dikampus, aku dan teman-teman sedikit refreshing ke salah satu mall di kota depok. Dan kebetulan hujan, aku berteduh sampai hujannya berhenti. Ternyata lama juga hujannya berhenti. Saat berteduh aku melihat beberapa sosok anak kecil, basah kuyup, membawa payung dan sedikit berlari-lari mencari orang yang membutuhkan jasanya. Jasa ojek payung. Aku tertarik buat mengupas sedikit tentang mereka.
Aku bersyukur menjadi aku yang sekarang, tidak perlu seperti mereka. Tidak perlu kedinginan, kulit keriput karena basah keguyur hujan buat beberapa uang seribuan. Terimakasih ya Allah.
Mereka terlihat ceria, sama sekali tidak ada wajah sedih, capek dan mereka terlihat senang melakukan pekerjaan mulianya. Mereka bergerombol mencari pengunjung mall yang hendak keluar dan membutuhkan payung, mereka bersaing secara sportif untuk mendapatkan pelanggan, mereka terlihat seru bermain hujan. Rasa dingin tidak mereka hiraukan, bibir membiru dan bergetar, kulit mereka keriput kedinginan. Tapi mereka tetap berteriak "Payung kak.. Payung Bu.. Payung Pak.." !!
Payung mereka lebar, muat untuk 2 orang. Pelanggan datang mereka senang. Ya walaupun disaat "penikmat" jasa ojek payung itu datang, mereka harus rela basah-basahan keguyur hujan karena payungnya telah dipakai sang pelanggan. Tapi tidak apa-apa lah yang penting dapat uang jajan. Cihuuuyy !!
Menunggu pelanggan mereka saling bercanda, tertawa, berlari, dan semuanya nampak ceria. Yang aku lakukan saat itu hanya bisa melihat mereka semua tersenyum, dan mendengar teriakan mereka.. "Payung Kak.. Payung Bu.. Payung Pak !!"


Depok, 04 November 2009
:)

Read Users' Comments (0)

Kebersamaan itu sangat mahal dan sangat indah !

Seorang pria pulang kantor terlambat, dalam keadaan lelah dan penat, saat menemukan anak lelakinya yang berumur 5 tahun menyambutnya di depan pintu.

“Ayah, boleh aku tanyakan satu hal?”
“Tentu, ada apa?”
“Ayah, berapa rupiah ayah peroleh tiap jamnya?”
“Itu bukan urusanmu. Mengapa kau tanyakan soal itu?” kata si lelaki dengan marah.
“Saya cuma mau tahu. Tolong beritahu saya, berapa rupiah ayah peroleh dalam satu jam?” si kecil memohon.
“Baiklah, kalau kau tetap ingin mengetahuinya. Ayah mendapatkan Rp 20 ribu tiap jamnya.”
“Oh,” sahut si kecil, dengan kepala menunduk. Tak lama kemudian ia mendongakkan kepala, dan berkata pada ayahnya, “Yah, boleh aku pinjam uang Rp 10 ribu?”

Si ayah tambah marah, “Kalau kamu tanya-tanya soal itu hanya supaya dapat meminjam uang dari ayah agar dapat jajan sembarangan atau membeli mainan, pergi sana ke kamarmu, dan tidur. Sungguh keterlaluan. Ayah bekerja begitu keras berjam-jam setiap hari, ayah tak punya waktu untuk perengek begitu.”

Si kecil pergi ke kamarnya dengan sedih dan menutup pintu. Si ayah duduk dan merasa makin jengkel pada pertanyaan anak lelakinya.

Betapa kurang ajarnya ia menanyakan hal itu hanya untuk mendapatkan uang? Sekitar sejam kemudian, ketika lelaki itu mulai tenang, ia berpikir barangkali ia terlalu keras pada si anak. Barangkali ada keperluan yang penting hingga anaknya memerlukan uang Rp 10 ribu darinya, toh ia tak sering-sering meminta uang. Lelaki itu pun beranjak ke pintu kamar si kecil dan membukanya.

“Kau tertidur, Nak?” ia bertanya.
“Tidak, Yah, aku terjaga,” jawab si anak.
“Setelah ayah pikir-pikir, barangkali tadi ayah terlalu keras padamu,” kata si ayah. “Hari ini ayah begitu repot dan sibuk, dan ayah melampiaskannya padamu. Ini uang Rp 10 ribu yang kau perlukan.”

Si bocah laki-laki itu duduk dengan sumringah, tersenyum, dan berseru, “Oh, ayah, terima kasih.”

Lalu, sambil menguak bantal tempatnya biasa tidur, si kecil mengambil beberapa lembar uang yang tampak kumal dan lecek.

Melihat anaknya ternyata telah memiliki uang, si ayah kembali naik pitam. Si kecil tampak menghitung-hitung uangnya.

“Kalau kamu sudah punya uang sendiri, kenapa minta lagi?” gerutu ayahnya.
“Karena uangku belum cukup, tapi sekarang sudah.” jawab si kecil.
“Ayah, sekarang aku punya Rp 20 ribu. Boleh aku membeli waktu ayah barang satu jam? Pulanglah satu jam lebih awal besok, aku ingin makan malam bersamamu.”

Thanks to : Sahabatku, Bhimawan Aditya Juniardi (Lagi), yang telah mengijinkan aku untuk copy paste notes nya.. Terimakasih banyak teman.. :)

Read Users' Comments (0)

Tribute For Mom :)

Pernahkah kita mencoba mengingat akan masa lalu………..????
Sembilan bulan kita hidup dalam kandungan sang bunda……
Bunda selalu membawa kita kemanapun ia pergi………
Tak pernah ia berfikir untuk menanggalkan kita walau sejenak………
Lalu kita pun lahir dengan tangis pertama kita menyapa dunia ini……
Bunda pun selalu ikhlas merawat kita dengan penuh kasih sayang……
Kadang kita telah begitu saja mengambil waktu istirahatnya dengan tangis kita di malam hari……mengganti popok kita yang basah, memberikan kita air susu ketika kita lapar………….
Dan kita hanya bisa menangis saja ketika itu………
Kita selalu diayun, dipangku dan ditimang-timang
Lalu apa balasan kita waktu itu……????
Kita sering membuat basah baju bunda dengan air kencing kita……
Dan Bunda tak pernah sekalipun memarahi kita……
Usia kitapun beranjak perlahan……
Ingatkah ketika hari pertama kita masuk sekolah……???
Setiap pagi, Bunda selalu memandikan kita,………menyuapi kita………mengantar kita dan menunggui kita……
Bunda begitu sabar mengiringi hari kita di sekolah……
Dan kita hanya bermain ketika itu……
Lalu ketika kita beranjak remaja………
Bundapun tak henti untuk menghawatirkan kita……
Ketika kita sering pulang terlambat dengan berbagai alasaan……
Bunda hanya menatap dengan penuh cemas……
Padahal mungkin kita hanya bersenang-senang di luar sana……
Ingatkah kita pada saat hari raya idul fitri………
Sering bunda membelikan kita baju, sepatu, celana baru………
Dengan harapan kita akan merasa senang……
Ingatkah pula apa kata kita ketika itu………..
“Ah….bajunya udah kuno gak mau ah” bunda ‘nggak tau selera anak muda…
dan bunda hanya tersenyum saja……

Saat kita mengenal cinta akan sesama………
Sering kita membohongi bunda hanya untuk bercinta semata……
Dan bundapun tak pernah lepaskan kasih sayangnya untuk kita……
Ketika bunda bilang………”Nak…….mestinya kamu sekolah dulu yang benar….jangan dulu berpacaran….””
Lantas kita hanya menjawab ”bu, saya udah gede, saya tau apa yg baik buat saya, ibu jangan terlalu mengatur saya dong!!”
Bunda hanya tersenyum dan menatap kita dengan penuh kasih sayang…

Apakah kita ingat saat kita memasuki bangku kuliah…
Bunda dengan penuh semangat memberikan biaya kuliah kita yang setinggi langit…
Lalu mungkin kita juga hanya bersenang-senang saja dengan dunia yang sedikit beranjak dewasa……
Ketika kita butuh uang utk menuntaskan hasrat cinta muda kita……
Sekali lagi kita sering membohongi bunda……
dengan mengatakan….”bu……saya butuh uang….untuk biaya praktikum……kira-kira….seki
an juta..”
Lalu bunda bilang………….”nak…….apa tidak bisa di cicil…??
Kita dengan segera menjawab…..”gak bisa bu….harus sekali bayar……..”
Kita tak pernah tahu apa yang ada di benak bunda ketika itu……
Jika saja bunda tahu bahwa itu hanyalah alasan kita semata…..karena mungkin saja yang sebenarnya adalah kita butuh uang untuk mentraktir atau menyenangkan pacar tersayang saja…
Dan ternyata bunda selalu saja menyayangi dan berusaha mempercayai kita.

Pada saat kita lulus kuliah………
Kita mungkin bisa melihat betapa bangganya bunda mendapati anaknya sudah menjadi seorang sarjana menangis penuh haru bahagia bunda ketika itu
Lalu tak lama setelah itu……tiba-taba….
“Bu….sekarang saya sudah dewasa……saya ingin menikahi si anu……….karena saya mencintai dia………boleh kan bu……..?”
Mungkin bunda akan bilang ; ”Nak mustinya kamu mencari kerja dulu, lalu setelah sedikit mapan mungkin kamu bisa menikah”
Lalu apa jawab kita; ”Bu! kalo ibu percaya, .saya sanggup untuk memberikan makan dia tanpa ibu kasih, saya harap ibu tidak melarang niat saya untuk menikah sekarang, saya sudah dewasa bu, bukan anak kecil yang segalanya harus ibu perhatikan!!!”
Dan demi kasih sayangnya terhadap kita, maka bundapun sekali lagi meluluskan keinginan kita, sekaligus memberikan kita sedikit bekal untuk mengarungi biduk rumah tangga kita nanti.
Tak berapa lama setelah itu, kitapun merasa sanggup untuk hidup terpisah dari beliau….maka sekali lagi kita merajuk pada bunda.
Pada saat bunda sudah memasuki hari tuanya, kita pun meninggalkan dia dalam hari-hari senjanya.
Dan bunda tak pernah meminta kita untuk menemaninya karena bunda pikir anaknya sudah mempunyai kehidupan sendiri.
Bertahun-tahun kita meninggalkan bunda dan mungkin hanya setahun sekali saja kita menengok dia, itupun pada saat Hari Raya saja.
Lalu, ketika Bunda sakit di hari tuanya,
Mungkin bunda mengharapkan kasih sayang anaknya bisa sedikit menghibur dia.
Tapi, sering kita mengabaikan harapan bunda……
Kita mungkin merasa direpotkan hanya dengan mengurusi seorang wanita tua yang sudah tak berdaya itu, .maka dengan tanpa ragu lagi kita antarkan bunda pada sebuah panti jompo, kita tinggalkan bunda dengan segala harapannya terhadap kita.
Lalu pada saat Allah hendak menjemput dia, kita mungkin sedang tenggelam dalam kehidupan yang sudah menyita sebagian hati nurani kita.
Hingga satu hari terdengar bunyi dering telepon yang memberikan kabar bahwa bunda telah tiada.
Dan aku tak berani bilang bahwa mungkin saja hati kita sudah bebal dan telinga kita sudah tuli akan kenyataan ini.
Ada sesal mungkin di sana, .sesal yang tak akan terbalas dengan sejuta tetesan air mata kita.
Dan kitapun hanya meratapi kepergian bunda, ya bunda yang sudah mencetak kita dengan segenap kasih sayang bunda yang tak terperi ketulusannya, sesal yang tiada guna ketika kita tahu bunda pergi bersama setitik harapan bunda bahwa dia ingin anaknya ada ketika hembusan nafasnya yang terakhir memutuskan kehidupannya.
Dan kita hanya terpekur menatap bekunya batu nisan bertahtakan nama bunda. Itupun jika masih ada secuil nurani kita yang masih berwarna putih.

Kutuliskan ini, untuk mengenang bahwa bunda adalah pembawa syurga buat anaknya, mungkin ini tak semua benar, tapi tak mustahil ini terjadi dan ada di dunia ini.
Bunda, .aku menyayangi bunda seperti aku menyayangi syurgaNYA.

Thanks To : Sahabatku, Bhimawan Aditya Juniardi yang telah mengijinkan aku untuk copy paste notes nya.. :)

Read Users' Comments (0)

Peristiwa Yang Berkaitan Dengan Perkembangan Bahasa Indonesia :)

Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan perkembangan Bahasa Indonesia adalah :
  1. Pada tahun 1901 disusun ejaan pertama yaitu ejaan Van Ophuijsen
  2. Pada tahun 1908 berdiri Balai Pustaka
  3. Pada tahun 1928 terjadi Sumpah Pemuda yaitu penentuan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
  4. Tanggal 25-28 Juni 1938 Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo
  5. Tanggal 18 Agustus 1945 diakui dalam UUD 1945 (pasal 36) sebagai bahasa negara
  6. Tanggal 19 Maret 1947 ejaan kedua dibuat menggantikan ejaan sebelumnya yaitu ejaan Soewandi atau ejaan Republik
  7. Tanggal 16 Agustus ejaan yang disempurnakan atau yang biasa kita sebut EYD diresmikan dan mulai diberlakukan secara resmi mulai 31 Agustus 1972
  8. Kongres Bahasa Indonesia ke VI 28 Oktober-2 November 1993 berhasil membentuk : Kamus besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa baku Bahasa Indonesia.
Dikutip dari modul Bahasa Indonesia : Sangsang Sangabakti

Read Users' Comments (0)